Sabtu, 06 Juni 2015

Sphaerotilus natans pada Pengolahan Limbah

SPHAEROTILUS NATANS PADA PENGOLAHAN LIMBAH





            Dalam buku Dwidjoseputro, mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-makhuk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( Bahasa Yunani: mikros = kecil, bios=hidup, logos= kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut mikroorganisme, mikroba, protista atau jasad renik. Nama bakteri itu berasal dari kata “bakterion” (Bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan pembelahan diri,serta demikian kecinya sehingga hanya tampak dengan mikroskop.
Pencemaran lingkungan akhir-akhir ini menjadi permasalahan global yang menuntut pengelolaan yang efektif dan efisien dalam waktu yang relatif cepat. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena adanya polutan industri, domestik, pertanian, peternakan, rumah sakit dan lain sebagainya. Pengelolaan pencemaran lingkungan bertujuan agar suatu kegiatan sedapat mungkin menghasilkan polutan sesedikit mungkin atau menjadikan polutan tersebut tidak berbahaya lagi sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologi. Pengelolaan lingkungan secara biologi dapat dilakukan dengan bantuan mikroba.
            Terdapat bakteri yang berperan dalam proses pengolahan limbah pabrik, salah satunya yaitu bakteri Sphareotilus natans. Sphareotilus natans adalah contoh bakteri yang terselubung yang sering dianggap sebagai jamur pada kotoran. Jasad ini biasanya dijumpai dalam air yang mengalir yang tercemar seperti saluran pembuangan kotoran dimana jumlahnya dapat mancapai kadar yang tinggi. Sphaerotilus natans termasuk dalam suku Chlamydobacteriaceae.

Klasifikasi Bakteri Sphaerotilus natans:
Kingdom         : Bacteria
Filum               : Proteobacteria
Class                : Betaproteobacteria
Ordo                : Bulkhordiales
Famili              : Comamonadaceae
Genus              : Sphaerotilus
Spesies            : Sphaerotilus natans
Bakteri ini berbentuk koloni berbentuk benang, kadang-kadang dengan cabang-cabang semu, dapat membentuk sel-sel kembar. Trikoma dengan percabangan semu. Selubung dapat mengandung besi. Habitat pada air tawar. Berkembang biak dengan konidia. Konidia dihasilkan oleh ujung trikoma. Setelah lepas dari selubung, konidia mengembara dengan flagel sampai mendapatkan substrat baru.
            Dalam Jurnal International yang diterbitkan oleh US National Library of Medicine Natinal Institute of Health , Sphaerotilus natans adalah anggota dari beta-1 subdivisi dari kelas Proteobacteria, terjadi terutama pada air mengalir, limbah, dan lumpur aktif. Bakteri berserabut ini ditandai dengan selubung tabung melampirkan sel berbentuk batang. Hal ini diketahui menyebabkan masalah teknologi, seperti pipa penyumbatan dan bulking dari lumpur aktif dalam pengolahan air limbah. Pada pengolahan air limbah, Untuk menguraikan zat organik menjadi anorganik yang stabil diperlukan mikroba aerob. Bakteri anaerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida dan juga energi. Agar dapat bekerja secara maksimal, bakteri anaerob memerlukan suhu yang tinggi dan pada pH 6,5 – 8,5. Cara pengolahan air limbah ini mencakup 3 cara yaitu aerobik,anaerobik an fakultatif.
Banyak mikroba yang terdapat dalam air limbah meliputi mikroba aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif yang umunya bersifat heterotrof. Mikroba tersebut kebanyakan berasal dari tanah dan saluran pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air, sehingga air yang banyak mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan saringan pasir atau trickling filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan penyaring, sehingga dapat menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian. Penggunaan lumpur aktif juga dapat mempercepat perombakan bahan organik yang tersuspensi dalam air. Biofilm (lapisan kumpulan mikroorganisme) berperan dalam pengolahan air limbah atau limbah cair baik pada lagoon system (sistem kolam), activated sludge system (sistem lumpur aktif), down flow sand filter system (sistem filter pasir aliran ke bawah) dan up flow sand filter system (sistem filter aliran ke atas). Metode Lumpur Aktif adalah salah satu metode yang digunakan untuk pengolahan limbah. Metode tersebut merupakan metode yang paling banyak dipakai dalam pengolahan limbah cair.


REFERENSI
Dwidjoseputro. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan

Andre. Peran Mikroba dalam Pengolahan Limbah Lingkungan. file:///C:/Users/user/Pictures/PERAN%20MIKROBA%20DALAM%20PENGOLAHAN%20LIMBAH%20LINGKUNGAN%20_%20Rakyat%20Biologi.html Diakses pada tanggal 06-06-2015 pukul 15.30 WIB
Anonim.2013. Peranan Mikroba Dalam Bidang Industri. file:///C:/Users/user/Pictures/Peranan%20Mikroba%20Dalam%20Bidang%20Industri%20_%20Aquaqulture.html  Diakses pada tanggal 06-06-2015 Pukul 15.00 WIB
PMC. 1999. Morphological and Biochemical Properties of a Sphaerotilus sp. Isolated From Paper Mill Slimes. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC90997/     Diakses pada tanggal 06-06-2015 Pukul 14.30 WIB
Widyaningrum, Byantarsih. 2002. Dasar-Dasar Mikrobiologi Lingkungan. file:///C:/Users/user/Pictures/Mikrobiologi_Lingkungan_%20Dasar-Dasar%20Mikrobiologi%20Lingkungan.html. Diakses pada tanggal 06-06-2015 pukul 20.00 WIB

Jumat, 24 April 2015

MIKROBA PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI 
Mikroba Pada Spons Pencuci Piring



Bakteri merupakan organisme mikroskopis. Bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak dimana-mana, termasuk dalam tubuh kita ataupun benda-benda yang kita gunakan setiap hari. Hal ini menyebabkan keberadaan bakteri sangat sulit dideteksi. Spons merupakan salah satu alat rumah tangga yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali kita menggunakan spons untuk mencuci piring, atau mencuci benda-benda lainnya seperti mobil dan motor. Bahwasannya spons tersebut adalah sumber bakteri yang tidak pernah terpikirkan oleh kita, tentunya jika kebersihannya tidak terjaga.
Penyakit yang disebabkan bakteri bisa datang dari sudut rumah Anda khususnya dapur. Bahkan peralatan rumah yang sering digunakan seperti bak pencuci piring juga bisa menyebarkan bakteri. Bukannya bersih, Anda atau anggota keluarga lainnya malah bisa terserang kuman karena pencucian yang tidak tepat . (Alissa Safiera, Wolipop.com 2012)
Ketika para peneliti asal Arizona, Amerika Serikat, mengumpulkan 1.000 lap dapur dan spons cuci, mereka menemukan bahwa 10 persen di antara benda-benda itu mengandung salmonella. Setiap inchi persegi permukaan lap dan spons itu memiliki sekitar 134.630 bakteri, 456 kali lebih banyak daripada jumlah bakteri di dudukan toilet. Lap dapur dan spons menjadi tempat E. coli dan bakteri fecal lain yang paling banyak di kebanyakan rumah tangga. Hal itu paling banyak karena kedua benda tersebut paling jarang diganti. (Readers Digest, 2015)
Bakteri-bakteri yang terdapat dalam spons dapat diperoleh dari tempat yang lembab, dikarenakan spons cuci piring biasanya tergenang oleh air sabun cuci yang tersimpan lama. Spons yang basah pasti akan banyak terdapat bakteri. Lingkungan yang lembab dan basah adalah lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kuman dan bakteri. Bakteri juga berasal dari kotoran pada piring dan gelas yang akan dicuci. Bakteri pada spons cuci piring juga berasal dari bakteri yang terdapat pada tangan manusia.
Seringkali kita tidak terlalu memperhatikan kebersihan spon cuci piring bahkan ada yang sampai berbulan-bulan tidak diganti dengan yang baru, Hal ini dipastikan akan mempercepat pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba berlangsung selama nutrisi masih tersedia. (Kusnadi)
Pertumbuhan mikroba tergantung pada kemampuannya dalam membelah diri (pembelahan biner) dan laju pertumbuhan seperti waktu bergenerasi dan tahapannya. Pembagian sel bakteri terjadi melalui pembelahan biner dari satu sel menjadi dua. Selama pembelahan biner, sel induk akan membesar, menduplikatkan kromosom dan membentuk sekat transversal dipusat sel sehingga membagi dua sel anak. Proses ini terus diulang pada waktu tertentu, sehingga dapat meningkatkan populasi bakteri. (Meiry Fadillah Noor, 2011)
Staphylococcus Aerues dan Pseudomonas pp, mikroorganisme pemicu penyakit ini diketahui banyak terdapat di dapur. Terutama, bak cuci piring dan spons yang digunakan untuk mencuci piring. Saat Staphylococcus Aerues masuk dalam tubuh maka bisa menyebabkan mual hebat, muntah, nyeri perut, diare hingga pusing. Sedangkan, infeksi Pseudomonas pp akan menyebabkan ruam-ruam dan infeksi telinga.
Untuk itu, Profesor Rachmadhi menyarankan jangan menunggu sampai spons pencuci piring rusak, untuk diganti. (Mutia Nugraheni, 2012)
Penelitian pada Pilot Studydi Public Health and Human Rights luar negeri memperlihatkan bahwa sebagian besar jumlah bakteri ditemukan pada tempat atau permukaan yang lembab seperti bak cuci piring, spons, dan saluran air. Staphylococcus aureus ditemukan pada tempat atau permukaan yang sering kontak dengan tangan termasuk pegangan pintu dapur, dudukan toilet, microwave touchpad, spons, serbet dan lain-lain. Hasil penelitianlainmenunjukkan dapur yang sering dipergunakan sebagai ruang mengolah makanan ternyata juga merupakan sumber bibit penyakit.( Unilever, 2012)
Penelitian membuktikan, bakteri yang berada pada spons cuci piring jauh lebih banyak daripada bakteri yang berada dalam toilet duduk. Selama ini kita beranggapan bahwa toilet duduk sangat kotor dan menjijikkan, dan ternyata spons cuci piring ternyata juga lebih kotor dari pada toilet duduk bahkan bakteri yang tidak ada di toilet duduk akan ditemukan di dalam spon cuci piring, penelitian yang dilakukan terhadap 1000 spon cuci piring dan hasilnya sungguh mengejutkan. Namun jika kita kurang menjaga kebersihan spon cuci piring jangan heran jika spons tersebut akan lebih kotor daripada dudukan toilet karena bakteri akan lebih cepat bertumbuh dan berkembang biak di tempat yang lembab dan basah, namun kita beranggapan bahwa spon yang kita gunakan untuk mencuci piring bebas dari bakteri karena selalu terkena sabun cuci sehingga bakteri akan mati dan tidak bisa bertumbuh, namun ternyata anggapan itu adalah salah besar.
Sebagai pengontrolnya, kita dapat mengganti spons cuci piring dua minggu sekali, atau minimalnya sebulan sekali. Selain mengganti secara berkala, dianjurkan juga untuk mengeringkan spons di bawah sinar matahari atau dalam microwave setelah tidak dipakai lagi. Sebaiknya segera bersihkan spons usai mencuci peralatan makan dan memasak. Lalu, keringkan agar tak memberi kesempatan bakteri dan jamur tumbuh. Jangan sampai spons yang kembali kita gunakan untuk mencuci peralatan makan berikutnya menjadi sarang bakteri. Spons Pencuci Piring Spons yang digunakan untuk mencuci piring ternyata menjadi alat yang penuh dengan bakteri. Spons ini mengandung kuman, ragi dan bakteri 150 kali lebih banyak dari gagang sikat gigi. Secara umum, bakteri yang ada pada spons tidak membuat Anda sakit. Tapi beberapa bakteri seperti salmonella dan E. coli dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Untuk mengatasinya, panaskan spons selama dua menit di microwave dan menggantinya setiap dua minggu sekali. Jaga kebersihan spons pencuci piring, dan kain-kain lain yang digunakan di dalam dapur, mengingat dapur adalah salah satu tempat terkotor di rumah. Bersihkan perlengkapan setelah digunakan, dan mencuci tangan dengan sabun agar kuman tidak berpindah tangan.
Agak ironis karena ternyata alat pembersih ini justru yang paling berkuman di rumah. Dan spons terbukti selalu positif mengandung bakteri penyebab penyakit seperti Salmonella, E. coli, Staphylococcus, termasuk virus influenza, selain menjadi tempat yang ideal untuk perkembangbiakan bakteri. Dengan sekali bilas, Anda bisa saja menyebarkan bakteri penyakit ke berbagai tempat, terutama ke benda-benda yang kerap dibersihkan dengan spons misal alat makan.
Sekelompok mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Sulanjari, Risky Wulandari dan Nurul Muyasaroh merekayasa sabut kelapa sebagai alat pencuci piring karena serat sabut kelapa mempunyai struktur pori halus dan juga dapat menyerap air dengan baik. Kreativitas ini membuahkan hasil dengan mendapatkan dana dari DIKTI untuk mengembangkan usahanya. Sulanjari mengemukakan alasan memilih sabut kelapa sebagai alat pencuci piring karena spons pencuci piring biasanya terbuat dari busa yang tidak dapat teruraikan sehingga mencemari lingkungan, sedang limbah sabut kelapa dapat terurai sehingga dapat menyuburkan tanah bahkan mengurangi efek global warming. Selain itu kebiasaan meninggalkan spons pencuci piring didalam air sabun kurang tepat karena bakteri dapat berkembang di dalam air. Apalagi jika air tersebut bersentuhan dengan busa yang telah digunakan untuk mencuci yang berakibat spons akan dipenuhi oleh bakteri. Apabila spons tersebut masih dipergunakan untuk mencuci piring, piring tersebut justru menjadi sarang bakteri. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mengganti spons secara berkala, setidaknya sekali dalam satu minggu. Penggantian spons yang sering dilakukan akan menambah pencemaran lingkungan oleh limbah sintetis. Risky Wulandari menambahkan bila spons tersebut terbuat dari sabut kelapa tidak akan mencemari lingkungan karena sabut kelapa mengandung zat yang dapat menyuburkan tanah dan dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Bila spons pencuci piring dari sabut kelapa. (FMIPA UNY, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Fadillah Noor, Meiry. Mikrobiologi Dasar. Ciputat : Program Studi Pendidikan Biologi. 2011
Anonim. Lifebouy Berita Sehat Ramadhan. http://www.unilever.co.id/id/media-centre/pressreleases/2012/LifebuoyBeritaSehatRamadhan.aspx  Diakses pada tanggal 23 April 2015 Pukul 18.30 WIB
Anonim. Sabut Kelapa Pengganti Sponshttp://fmipa.uny.ac.id/berita/sabut-kelapa-pengganti-spons.html   Diakses pada tanggal 23 April 2015 Pukul 18.30 WIB
Anonim. 9 benda yang lebih kotor dari kedudukan toilet. http://m.readersdigest.co.id/article/mobArticleDetail.aspx?mc=005&smc=001&ar=456. Diakses pada tanggal 23 April 2015 Pukul 18.30 WIB
Fran Lina, Marissa. Harus Sering Dibersihkan, ini 8 Benda Paling Berkuman di Rumah Anda. http://marisafl.staff.iainsalatiga.ac.id/category/my-articles/page/3/  Diakses Pada Tanggal 23 April 2015 Pukul 19.00 WIB
Kusnadi. Kinetika Pertumbuhan Mikroba. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031-KUSNADI/KULIAH,KINETIKA_PERTUMBUHAN_MIKROBA.pdf Diakses Pada Tanggal 23 April 2015 Pukul 19.00 WIB
Nugraheni, Mutia. Ganti Spons Pencuci Piring Tiap Dua Minggu. http://life.viva.co.id/news/read/296631-ganti-spons-pencuci-piring-tiap-dua-minggu 2012 Diakses Pada Tanggal 23 April 2015 Pukul 19.00 WIB
Safiera , Alissa.Keslahan Mencuci Piring Yang Buat Dapur Jadi Sarang Bakteri. http://wolipop.detik.com/read/2012/08/06/085803/1983808/858/kesalahan-mencuci-piring-yang-buat-dapur-jadi-sarang-bakteri Diakses Pada Tanggal 23 April 2015 Pukul 19.00 WIB